Pada 9-10 Oktober 2024, di Palu, Sulawesi Tengah, gabungan kelompok masyarakat sipil, serikat buruh, dan akademisi berkumpul dalam kegiatan Konferensi Nasional Mineral Kritis Indonesia. Kegiatan ini dengan tegas menyoroti sejumlah tantangan krusial terkait tata kelola industri mineral kritis, terutama fokus pada nikel, dalam konteks transisi energi serta dampaknya terhadap ketenagakerjaan, kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat, dan kesehatan lingkungan hidup.
Dengan perubahan global menuju transisi energi berkelanjutan, nikel telah menjadi salah satu komoditas yang paling dicari. Namun, pemanfaatan dan pengelolaannya masih terbatas sebagai komoditas belaka, tanpa mempertimbangkan kesejahteraan pekerja, serta kelestarian lingkungan di mana sumber daya dieksploitasi. Laporan di konferensi ini menekankan bahwa banyak kebutuhan mendesak tidak mendapatkan perhatian!
Para peserta konferensi MENUNTUT agar kebijakan pemerintah segera berubah sehingga proses ekstraksi dan pemanfaatan mineral ini tidak membahayakan komunitas lokal. Dibutuhkan langkah-langkah konkret untuk memastikan bahwa populasi setempat tidak hanya menerima dampak buruk dari eksploitasi lingkungan, tetapi juga mendapat manfaat nyata dari kemajuan ekonomi.
Adalah tanggung jawab kita semua untuk mendorong pengelolaan sumber daya mineral kritis dengan cara yang lebih transparan dan akuntabel, guna memastikan keberlanjutan yang adil baik bagi manusia maupun lingkungan.