Transformasi ekonomi global saat ini dijalankan melalui perubahan model industri, dari berbasis fosil ke arah industri hijau. Agenda transisi energi—yang diklaim sebagai solusi krisis iklim—sesungguhnya merupakan bagian dari politik industri global yang menggunakan isu energi terbarukan dan teknologi hijau sebagai sektor strategis.
Tujuan sesungguhnya ialah untuk merespons krisis kapitalisme dan mempertahankan dominasi industri oleh negara-negara utama. Narasi “hijau” yang dikembangkan ini, dibelakangnya terdapat skema perdagangan, keuangan, dan investasi yang memperkuat ketimpangan ekonomi global dan memperpanjang relasi neo-kolonial antara negara utara dan negara-negara selatan.
Karena itu, penting menempatkan isu transisi energi sebagai bagian dari agenda politik industri dan transformasi ekonomi yang lebih luas, khususnya di negara-negara selatan yang masih terjebak dalam ketergantungan ekonomi struktural. Transisi energi tidak boleh direduksi menjadi persoalan teknologi atau iklim semata, melainkan harus juga dibaca sebagai arena pertarungan geopolitik dan perebutan arah pembangunan. Diskusi lintas gerakan tentang kebijakan industri dan politik agenda transisi yang adil merupakan langkah penting dalam merumuskan pemahaman dan posisi bersama untuk memperkuat perubahan sosial.
Simposium ini dilakukan oleh Panitia Bersama (Hints, KASBI, KPR, KSN, Sempro, PWYP, Sembada dan SMI) di Indonesia dalam rangka menyambut pertemuan internasional Beyond Development Working Group. Acara yang berlangsung tanggal 1 – 3 Juli 2025 ini bertujuan untuk berdiskusi, saling tukar pendapat dan analisis organisasi terkait Kebijakan Industri di Indonesia terdampak atas Transformasi Ekonomi Hijau yang merubah geopolitik dan geoekonomi global.
Discussion about this post